Sejak mengikuti perjalanan Muhammad Fadli dalam proyek foto The Banda Journal pada 2016 lalu, saya yakin proyek foto ini tak akan mengecewakan.
Buku foto ini menggunakan pendekatan sejarah dalam merekam masa lalu dan masa kini subjek cerita.
The Banda Journal adalah buku foto kolaborasi antara fotografer Muhammad Fadli dan penulis Fatris MF. Buku foto ini berbicara tentang Kepulauan Banda, sebuah kepulauan di Timur Indonesia yang dahulu pernah menjadi pusat perdagangan pala dunia. Kepulauan ini menyimpan "emas"-nya sendiri yaitu pala.
Lima abad lalu, dalam sejarah rempah-rempah, pala pernah menjadi komoditas yang paling dicari dalam perdagangan dunia. Komoditas ini menggerakkan kapal-kapal penjelahan imperium Eropa menuju Banda. Dan setelahnya, semua menjadi sejarah.
Melalui penceritaan orang pertama Fatris MF dan fotografi Fadli, cerita-cerita tentang awal kedatangan orang-orang Eropa, kekejaman Jan Pieterszoon Coen hingga sisa-sisa memori tentang Banda yang dilestarikan lewat tradisi dan reruntuhan bangunan tersaji dalam buku ini.
Buku foto ini sama sekali bukan sekedar teks sejarah. Cerita-cerita yang disajikan tidak berhenti disitu. Keduanya menampilkan cerita Kepulauan Banda dan Pala di hari ini.
Melalui penelusuran mereka, orang-orang Banda masih hidup dengan bertani pala dan menjadi nelayan saat laut tenang. Namun, pala tidak semenarik dahulu. Tidak ada kapal-kapal raksana, bedil, dan serdadu VOC yang bersandar di pelabuhan untuk mengamankan komoditas tersebut.
Komoditas yang diperebutkan di masa lalu itu tidak membuat kehidupan di Banda lebih baik hari ini. Perang dan genosida tidak lagi menghantui orang-orang Banda, namun kini mereka tinggal dalam tanah yang terlupakan.