My favorite novels so far:


Books


  • Ernest Hemingway, "The Old Man and The Sea"

Sementara ini, The Old Man and The Sea jadi satu-satunya karya Hemingway yang gue baca dan jadi pembuka jalan untuk mencintai novel-novel fiksi. Novel ini menceritakan sosok Santiago, seorang lelaki tua yang mengalami perjalanan spiritualnya dengan ikan marlin di laut lepas.

Seandainya membaca novel ini diganjar pahala dalam setiap hurufnya, rasanya akan banyak sekali orang di luar sana yang akan mentadarusi novel ini di setiap malam.

Setelah khatam novel ini, gue sarankan kalian untuk menonton interepretasi visualnya dalam bentuk film pendek animasi. Thank me later.

  • Paulo Coelho, "The Alchemist"

Membaca The Alchemist baiknya dilakukan setelah menyelesaikan The Old Man and The Sea. Kenapa? Karena The Alchemist ditulis oleh Paulo Coelho --selain terinspirasi dari kisahnya sendiri-- sebagai penghormatannya kepada Ernest Hemingway.

Di sebuah wawancara, Coelho bilang: "When I was young, I read the book, The Old Man and the Sea, and Hemingway starts the book with, 'The old man's name was Santiago.' ... And I said, I will write a book one day, and I'm going to use the same thing that he did: only in the first sentence I am going to mention the name ... and never again." And so begins, "The boy's name was Santiago."

Berbeda dengan Santiago dalam kisah Hemingway, yang harus bertahan seorang diri di samudra untuk menangkap seekor ikan marlin raksasa. Santiago dalam novel ini merupakan bocah penggembala yang berpetualang dari kampungnya di Andalusia menuju Mesir untuk mencari harta karun yang terkubur di bawah piramida-piramida kuno.

Kalian akan seringkali menemukan kalimat ini di dalam buku: "When you really want something, the universe always conspires in your favour."  Selain kaya akan pelajaran-pelajaran tentang hidup, kalian juga akan disuguhkan pengalaman berpetualang yang sangat menarik dari sosok Santiago dan orang-orang yang ditemuinya.

  • Harper Lee, "To Kill a Mockingbird"

Novel fiksi ini terinpirasi dari kehidupan penulisnya sendiri, Harper Lee, yang menyaksikan rasialisme terinstitusi di sekitarnya pada tahun-tahun depresi besar. Novel ini jadi salah satu literatur yang penting di Amerika untuk memahami soal rasialisme di Selatan sekitar tahun 1930-an.

Novel ini menggunakan sudut pandang dari Jean Louise Finch atau Scout, bocah 6 enam tahun yang terganggu dengan pengalaman rasialisme di kotanya, Maycomb. Konflik-konflik dalam novel ini menjelaskan bagaimana rasialisme tidak hanya muncul dalam prasangka individu atau kelompok tetapi sudah menjadi hukum itu sendiri.

Novel ini juga diadaptasi ke dalam sebuah film dengan judul yang sama. Film yang disutradarai oleh Robert Mulligan ini berhasil menyabet Academy-Award pada 1962. Buat gue, Gregory Peck sangat sangat berhasil memerankan sosok Atticus, karakter paling menarik di novel ini.

  • Yann Martel, "Life of Pie"

Gue nonton film Life of Pie duluan daripada novelnya. Makanya, gue mulai baca novel ini dari bagian kedua untuk menghindari pengulangan cerita. Soalnya cerita di bagian awal memang cukup membosankan dan lambat. Tapi, selebihnya novel ini sama seperti fiksi petualangannya Hemingway dan Coelho, punya cerita yang menarik. Konflik disini juga lebih kaya karena penulisnya memasukkan dimensi kepercayaan yang kompleks untuk tokoh utamanya, Pi.